Judul: To
Kill a Mockingbird
Penulis:
Harper Lee
Penerjemah:
Femmy Syahrani
Penerbit: Qanita
Tahun
Baca: 2020
My
Ratings: 5.0⭐
Blurb:
“Kalian boleh menembak burung bluejay
kalau bisa, tapi ingat, kalian berdosa apabila membunuh burung mockingbird.”
Hidup Scout dan Jem berubah saat ayah mereka menjadi pembela seorang kulit hitam. Ketika Atticus membela seorang yang dianggap sampah masyarakat, kecaman pun datang dari seluruh penjuru. Novel ini menunjukkan betapa prasangka sering kali membutakan manusia. Dan keadilan hanya dapat dilahirkan dari rasa cinta yang tak membedakan latar belakang.
Review:
To Kill a Mockingbird diambil dari
sudut pandang seorang anak perempuan yaitu Jean Louise Finch, atau yang sering
dipanggil Scout. Yang tinggal dengan ayah dan kakak lelakinya⸺Atticus Finch dan
Jeremy Atticus Finch (dipanggil Jem). Mereka juga memiliki koki rumah berkulit
hitam (dibuku, seorang berkulit hitam sering disebut Negro yang merupakan
istilah rasis untuk merujuk pada orang keturunan hitam), Calpurnia. Dan memiliki
seorang teman yang merupakan keponakan dari tetangganya yang selalu berkunjung
ke Maycomb setiap liburan musim panas⸺Dill Harris.
Isu yang diangkat dari cerita ini
adalah krisis keadilan antar ras dan perlakuan terhadap seorang yang dianggap melenceng
dari kehidupan sosial di lingkungan masyarakat setempat. Tokoh yang membawakan
konflik tersebut adalah Tom Robinson (si keturunan berkulit hitam) dan Arthur
Radley⸺biasa dipanggil Boo Radley (yang memiliki kecenderungan menutup diri
dari lingkungan sekitar).
Dua tokoh tersebut sebenarnya yang
berperan penting dalam pembentukan karakter maupun pemikiran Jem dan Scout. Kedua
tokoh tersebut juga yang mewakili arti dari Mockingbird itu sendiri. Dimana
jika membunuh Mockingbird berarti mendapat dosa karena menghancurkan sosok yang
tidak bersalah, karena Mockingbird tidak pernah merugikan manusia.
…..
“Kalian boleh menembak burung bluejay
kalau bisa, tapi ingat, kalian berdosa apabila membunuh burung mockingbird.”
…..
Konflik dimulai ketika ayah Jem dan
Scout⸺yang seorang pengacara⸺menjadi pembela seorang berkulit hitam, Tom
Robinson. Yang sangat diyakini Atticus bahwa Tom tidak bersalah, meski dia pun
tahu dia tidak akan bisa memenangkan kasus tersebut. Jem yang baru menginjak
usia remaja awal, dan Scout yang masih kanak-kanak mulai mendapat cacian dan
makian dari teman-teman maupun tetangganya. Bahkan dari keluarga besarnya sendiri
karena Atticus membela seorang kulit hitam. Sering sekali ayah mereka mendapat
julukan sebagai pecinta nigger (yang
merupakan istilah rasis dan sebuah penghinaan besar).
Tetapi Jem dan Scout mampu
mengendalikan diri pada awal-awal perlakuan itu karena nasehat bijak yang
diberikan oleh Atticus. Bukan hanya sekedar caci maki dan kecaman, Atticus
bahkan hampir dibunuh oleh kelompok yang tidak menyukainya karena membela Tom
Robinson.
…..
Omong kosong tentang Atticus yang
membela nigger yang diterima Jem mungkin sama banyaknya dengan yang kuterima,
dan aku percaya bahwa dia bisa menahan amarahnya⸺sifat alaminya memang pendamai
dan tidak gampang marah. Namun, pada saat itu, kupikir satu-satunya penjelasan
untuk tindakannya adalah bahwa dia mengalami kegilaan sementara selama beberapa
menit.
…..
Saya suka buku ini karena
memberikan gambaran kepada para pembaca tentang perlakuan terhadap ras berkulit
hitam di masa lampau. Dimana ras tersebut dipandang rendah dan mendapat
perlakuan tidak adil dari berbagai pihak kulit putih yang menganggap derajat
mereka lebih tinggi. Selalu dipandang sebagai ‘sampah’ dan tindak tanduknya
selalu salah dimata orang-orang. Kebanyakan orang kulit putih berasumsi buruk
kepada semua orang kulit hitam. Dan disini, hanya secuil orang seperti Atticus
lah yang memiliki nurani yang waras.
…..
“Mereka memang berhak berpikir
begitu, dan mereka berhak untuk dihormati pendapatnya,” kata Atticus, “tetapi
sebelum aku mampu hidup bersama orang lain, aku harus hidup dengan diriku
sendiri. Satu hal yang tindak tunduk pada mayoritas adalah nurani seseorang.”
…..
Buku ini tergolong cerita klasik
tetapi tidak sebangsa Austen, Dickens, ataupun Shakespeare, dan lain-lain.
Meskipun mengangkat isu tentang krisis keadilan terhadap ras berkulit hitam, menurut
saya penelusurannya masih kurang mendalam tentang kelompok tersebut. Mungkin
karena sudut pandangnya diambil dari kacamata seorang anak jadi pengetahuannya
masih terbatas dan hanya menyerap hal-hal di sekitarnya.
Sebelum ulasan saya berakhir, saya
akan memaparkan dulu tentang pembahasan beberapa tokoh di buku ini.
.
Pertama, saya akan membahas Scout, si
pembawa cerita karena semua diambil dari sudut pandangnya yang lugu. Menurut
saya, Scout adalah gadis kecil yang cerdas dan terkadang juga suka bersikap
brutal menginggat dia itu masih bocah. Segala pemikirannya murni hasil serapan
dari orang-orang disekitarnya karena dia masih dalam masa dimana lingkungan sangat
membentuk dirinya saat itu.
Saya sering terkikik geli saat
mendapati dia suka menghajar orang seperti dia lupa bahwa dia itu seorang
perempuan, bukannya lelaki. Tetapi hal seperti itulah yang mengingatkan pembaca
tentang kelakuan seorang anak kecil yang belum mengerti apa yang sedang
dilakukannya. Apalagi Scout itu adalah si gadis tomboy.
Orang-orang juga sangat cerewet
sekali tentang penampilannya yang tidak mencerminkan wanita terhormat, terutama
bibinya, Alexandra (hanya karena Scout suka memakai celana, bukannya rok). Yang
mulai memintanya berkelakuan selayaknya wanita terhormat di saat usianya yang masih
sangat muda.
Dan satu hal lagi yang harus kalian
ketahui tentang Scout adalah, bahwa bocah itu suka sekali membaca! Dia meniru
kebiasaan ayahnya yang juga gemar membaca. (gemas,
gemas, gemas!)
Kedua, ada Jem Finch, si kakak lelaki
Scout yang baru mulai beranjak remaja yang lagi belajar jadi orang dewasa tetapi
masih labil. (ini-saya-ngomong-apaan-sih?!)
…..
Jem berusia dua belas tahun.
Susah hidup dengannya; dia tidak
konsisten dan suasana hatinya sering berubah. Selera makannya mengerikan, dan
berkali-kali dia bilang agar aku tak menggangunya, sampai aku berkonsultasi
kepada Atticus, “Mungkin dia cacingan?” atticus bilang, tidak, Jem sedang
tumbuh. Aku harus bersabar dan sesedikit mungkin menggangunya.
…..
Bahkan kelabilannya pun digambarkan
sangat jelas dan sangat natural oleh penulis. Dimana dia berusaha menjadi kakak
yang baik dengan caranya mengendalikan diri meski masih kacau. Tetapi dia
selalu memberikan dukungan penuh terhadap apa yang telah di lakukan ayahnya
ketika mulai memutuskan untuk membela seorang kulit hitam, walau mereka sendiri
adalah seorang kulit putih.
Ketiga, Atticus Finch. Seorang pengacara
yang cerdas, berkharisma, dan juga sosok ayah yang hangat untuk anak-anaknya.
Saya nge-fans berat sama dia waktu
baca buku ini! Sosok yang bijaksana dan juga pemberi nasehat terbaik. Sangat
peduli terhadap pendidikan anak-anaknya. Berusaha bersikap adil di era di mana
sentimental rasial terhadap warna kulit tengah mewarnai kehidupan masyarakat
pada tahun 30-an.
Atticus membesarkan Jem dan Scout
dengan dibantu Calpurnia⸺asisten rumah tangganya⸺sejak istrinya meninggal.
Membesarkan kedua anaknya yang bandel dan suka ingin tahu urusan orang dewasa. Dan
selalu bersikap bijaksana dalam situasi apapun.
Overall, SAYA SUKA BUKU INI!
Walaupun bab awalnya sangat lambat,
itu bukan masalah buat saya. Karena disitulah kita mengenal tokoh-tokoh yang nantinya
akan berpengaruh di puncak cerita.
Harper Lee berhasil mempertahankan
kepolosan seorang anak dalam mempertanyakan sebuah arti keadilan hingga cerita
berakhir. Bagus banget!
Sebenarnya masih banyak karakter
yang bisa dibahas di review ini, tetapi saya cuma mengambil ketiga orang di keluarga
kecil Finch untuk mengulasnya.





























